ERA PRASEJARAH MESOLITIKUM

Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.

Sebuah situs Mesolitikum Kjokkenmoddinger/Sampah Dapur 
ditemukan di selat Magellan Elizabeth Island dan digali para awak kapal Albatross tahun 1888

Zaman Mesolitikum di Indonesia

Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, tetapi manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan bekas-bekas kebudayaan manusia pada zaman itu.
  • Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatra. Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 dan menurut penelitian yang dilakukannya, kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 meter. Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya (pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah. Cat tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir. Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda kebudayaan seperti kapak genggam yang disebut pebble atau kapak genggam Sumatra (Sumeteralith) sesuai dengan tempat penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan teksturnya masih kasar. Kapak lain yang ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak pendek) yang berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam atau chopper. Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid).
  • Abris Sous Roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture. Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatra dan kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide.. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang Pattae dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble. Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaan pebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes (datang melalui jalan timur). Sementara itu, penelitian kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin. Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.
  • Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)  Karena sebagian besar yang ditemukan adalah alatat yang terbuat dari tulang maka oleh para arkeolog disebut sebagai sampung bone culture.
  • Kebudayaan Bacson-HoabinhBacson hoabinh merupakan kebudayaan yang ditemukan di dalam bukit-bukit kerang dan gua di Indo-china, Sumatera Timur, dan Melaka. Terdapat alat seperti batu giling yang ditemukan di gua itu. Peninggalan yang satu ini cukup unik, kalau ada orang yang meninggal, mayatnya diposisikan dengan posisi berjongkok kemudian diberi cat warna merah. Tujuan pemberian cat tersebut “supaya mengembalikan hayat kepada mereka yang masih hidup"
  • Kebudayaan Toala. Sebagian besar kebudayaan toala membuat alatnya dari batu yang menyerupai batu api dari eropa, seperti kaleson, jaspis, obsidian dan kapur.Budaya ini beda dengan bacson-hoabinh. Kalau ada yang meninggal, dia akan dikuburkan didalam gua dan kalau tulang belulangnya telah mengering akan diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan. Biasanya kaum perempuan akan menjadikan tulang belulang tersebut sebagai kalung.
Ciri-ciri Zaman Mesolitikum

Pastinya zaman batu tengah mesolitikum ini mempunyai ciri-ciri yang bisa membuat kita lebih mudah untuk mengenali zaman ini. Ciri ciri zaman mesolitikum adalah:
  • Sudah tidak lagi nomaden atau sudah mempunyai tempat tinggal yang semi permanen seperti di gua, dan di pantai.
  • Sudah mempunyai kemampuan untuk bercocok tanam walaupun masih menggunakan cara yang sederhana
  • Sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.
  • Masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
  • Alat alat yang dihasilkan hampir sama dengan zaman palaeolithikum yaitu alat alat yang terbuat dari batu dan masih kasar.
  • Ditemukannya sampah dapur yang disebut kjoken mondinger.
Manusia pendukung Zaman Mesolitikum

Manusia purba pada zaman mesolitikum memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan manusia purba pada zaman paleolitikum. Dengan tatanan sosial yang lebih rapih, tertata dan juga maju pada saat itu menjadi bukti zaman ini lebih baik.

Salah satu jenis manusia pendukung zaman mesolitikum adalah bangsa melanosoid. Bangsa ini menyerupai nenek moyang orang Sakai, Aeta, Aborigin dan juga Papua.

Alat alat Zaman Mesolitikum Nusantara
  1. Pebble Sumatra (kapak genggam sumatra) Kapak genggam sumatra ditemukan oleh PV VAN Stein Callenfels pada tahun 1925, ia melakukan penelitian di bukit kerang dan akhirnya ditemukanlah kapak ini. Bahan bahan untuk membuat kapak tersebut adalah batu kali yang dipecah pecah.
  2. Hachecourt (kapak pendek) Selain pebbel diatas, dr. PV VAN Stein Callenfels juga menemukan kapak pendek (hachecourt) di dalam bukit kerang. Namun panjangnya tidak sama dengan pebble, kapak ini lebih pendek. Maka dikatakan sebagai Hachecourt.
  3. Pipisan, yaitu batu batu penggiling beserta dengan landasannya. Selain digunakan untuk menggiling makanan, batu ini juga digunakan untuk menghaluskan cat merah yang berasal dari tanah merah.
Pada zaman mesolitikum mereka sudah memiliki tempat tinggal yang semi permanen, mulai bercocok tanam, hingga memiliki kemampuan untuk membuat gerabah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat zaman prasejarah berkembang dan mulai berinovasi. 

Komentar